Aipda Gusmik, Anggota Resimen I Pelopor Kedunghalang Bogor yang Membangun Masjid dan Memiliki Ratusan Santri

Kiprah Gusmik dalam mempersalih diri dan lingkungannya seolah selayaknya kiprah ‘Rajawali’ yang menjaga negeri ini
BRO. KOTA BOGOR – Pernah menjadi bagian pasukan elite di tanah air, Kompi Pemburu Rajawali IV, Aipda Gusmik kini bersangkar di keheningan dan kedamaian religi. Selagi menjalani penugasan hariannya di Resimen I Mako Brimob Kedunghalang, Bogor, Gusmik kerap sibuk mengasah kesalihan diri. Susah payah ia bangun masjid dan pondok pesantren. Masjid yang setiap harinya dipadati ratusan santri itu ia namai; “Al-Birr Brigade Arsy”.
Perawakannya terbilang “standar” jika dibandingkan para koleganya di Kompi Pemburu Rajawali ataupun sesama Brimob lainnya yang berbadan gempal.
Gusmik cenderung lebih ‘kecil’. Namun, jangan salah kira. Kendati berperawakan lebih mungil, kawanannya tetap segan dengan Gusmik. Kesalihan diri Gusmik lah yang membuat para sekondannya acap kali terlihat hormat terhadap pria kelahiran tahun 1976 tersebut.
Gusmik adalah satu di antara 125 anggota Brimob Polri yang terpilih masuk ke dalam pasukan elite bentukan Presiden RI Prabowo Subianto sewaktu menjabat Danjen Kopassus, medio 1997-1998. Kompi ini terdiri dari pasukan elite yang dimiliki TNI yakni, Kopassus (TNI AD), Kopasgat (TNI AU) dan Marinir (TNI AL) ditambah Korps Brimob (Polri). Pasukan ini dibentuk untuk menangani separatis di Timor-Timur semasih menjadi bagian dari NKRI.
Anggota Brimob yang kini telah menjabat sebagai instruktur ini mengakui bahwa pengalamannya menjadi bagian Kompi Pemburu Rajawali IV telah memberi arti yang sangat mendalam bagi hidupnya. Betapa tidak. Selain menimba pengalaman, Gusmik juga mendapatkan jodoh saat penugasannya di Aceh.
Penugasannya ke Aceh merupakan bagian dari rangkaian tour of duty Kompi Pemburu Rajawali IV, seusai menjaga stabilitas keamanan di Timor Timur.
Memang, di antara anggota yang lain, Gusmik memang cekatan. Semasih proses pendidikan di Pusdik Kopassus Batujajar, Ia kerap terlihat berlatih dengan semangat dan mencatat apa saja yang diajarkan instruktur kala itu.
Karena itulah, selepas mengarungi negeri sebagai Rajawali, Gusmik ditunjuk menjadi salah satu pengawal Presiden RI ke VI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Masa-masa menjadi pengawal itu ia lakoni mulai dari Pak SBY maju sebagai Calon presiden (Capres) pada Pemilihan umum (Pemilu) 2004 hingga beliau bertugas sebagai Presiden RI. Gusmik juga dimandati menjaga keamanan Pak SBY di kediamannya yang berada di Cikeas, Kabupaten Bogor, selama delapan bulan.
Usai itu, Gusmik disibukan sebagai pengajar untuk membagi ilmu tempur yang ia miliki.
Ia tak membantah bahwa kebiasaannya dalam mencatat dan mencermati setiap tahapan pendidikan Kompi Pemburu Rajawali di Batujajar telah membantu dirinya saat ditugasi menjadi pengajar.

Serangkaian ilmu tempur seperti drill kontak, pertempuran hutan, penghadangan, dopper, serta pengamanan VVIP, pengendalian huru hara, dan pelatihan SAR, mampu Gusmik paparkan dengan baik. Hebatnya lagi, Gusmik tak hanya mengajari itu semua ke juniornya di Korps Brimob.
“Alhamdulilah pada tahun 2019, saya dipercaya melatih 700 anggota TNI,” ujarnya.
Pada saat itu, Gusmik bersua dengan para anggota Rajawali senior. Mulai dari Rajawali I, II, III. Beberapa sekondannya di Rajawali IV pun hadir kala itu.
“Saat itu negara membutuhkan banyak anggota untuk bisa mengantisipasi ataupun menangani huru-hara dalam pengamanan Pemilu. Alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk berbagi pengalaman.”
Disaat tensi tugas sebagai pelatih dan instruktur meninggi, Gusmik pun mendapatkan ujian berat. Pada 2021, penyumbatan pembulu darah ke otak membuat Gusmik terkapar. Ya, serangan stroke telah melumpuhkan sebagian tubuh Gusmik. Kala itu, hari demi hari ia lalui dengan berbaring. Kakinya tak mampu lagi berjalan.
Pada titik itu, Gusmik memilih berserah diri. Ia berkotemplasi dan mendalami sisi religi. Sembari berbaring, Gusmik mulai menghabiskan waktunya unutk membaca, mendalami dan menghafal Alquran. Saat itu Ia berikrar dalam benaknya bahwa otaknya masih sanggup untuk menghafal 30 juz.
“Man Jadda Wa Jada”. Pepatah Arab yang berisikan nasihat agar kita tidak mudah menyerah dan bersungguh-sungguh saat berikhtiar, rupanya tertulis di kehidupan Gusmik.
Selama tiga bulan proses penyembuhannya, selama itu pula ternyata otak Gusmik kembali bekerja dengan baik. Itu ia rasakan betul karena diinterval waktu tersebut, Gusmik telah hafal 6.236 ayat yang tertulis di Alquran.
Sembari menjalani masa pemulihannya, Gusmik mulai membuka pintu kepada anak-anak yang ingin mengaji di rumahnya. Dari mulai lima orang, lalu jumlah itu bertambah menjadi 30’an anak pada sepekan kemudian.
Jumlah anak yang mengaji dan ingin menghafal Alquran di Gusmik meningkat seiring terjadinya Pandemi Covid-19. Disela mengajar ngaji, Gusmik juga mulai membangun jaringan untuk memulai misi barunya dalam mewakafkan Alquran.
Tiga tahun berselang (2021-2023), ruang tamu dan selasar rumah Gusmik tak mampu lagi menampung para murid yang ingin mengaji.
Gusmik lantas menjual satu-satunya mobil yang ia miliki untuk kemudian uang hasil penjualan tersebut ia belikan sebidang tanah yang tak jauh dari rumahnya yang berada di Kompleks Pendidikan, Jalan P dan K, Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.
Di suasana pemukiman yang asri dan tenang itulah akhirnya berdiri Pondok Pesantren Tahfidz Quran Daarul Gusmik Al-Fuadz dan Masjid Al-Birr Brigade Arsy. Saat ini jumlah santri yang menimba ilmu di Ponpes Gusmik sudah lebih dari 150 orang.
Kiprah Gusmik dalam mempersalih diri dan lingkungannya seolah selayaknya kiprah ‘Rajawali’ yang menjaga negeri ini. (bag)
Editor ; Adjet